Kutipan


Janganlah tampak pada lahirmu akan isi hatimu ^^

Rabu, 20 November 2013

Yogyakarta, I'm happy


Yogyakarta, 27 September 2013
Ini pertemuan pertamaku sama my idol, Rian Agung Saputra. Waktu itu lagi ada pertandingan Yonex-Sunrise Indonesia Open Grand Prix Gold di GOR Amongrogo Yogyakarta :D
Kak Rian ganteng lhoo.. keren.. kalem lagi, lembut banget kalo sama fans :D dan senyum mulu.. mungkin karna dia "mudheng" bahasaku kalii yaaa ?? kan dia orang Karanganyar, aku Magelang, masih sama sama Jawa Tengah :P
Ini pertama kalinya aku ngelive pertandingan badminton dan pertama kalinya ketemu dia. Love this day :P
Oh iyaa.. aku nonton IOGPG sama kuchrid (Mei Astrid Ardiani) n satu temennya, lupa namanya, hehehe :D



PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI



LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
PERCOBAAN III
PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI

Sasih Martyani, Aries Setyo Wibowo, Cahyo Fajar Handayani
Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang
Gedung D Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229
sashi_3393@yahoo.com 089636273877


Abstrak

Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh suhu terhadap laju reaksi dan menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan Arrhenius. Praktikum ini dilakukan menggunakan larutan H2O2 5 ml dan 5 ml air dalam tabung 1 serta larutan KI 10 ml,  Na2S2O3 1 ml dan 1 ml amilum dalam tabung 2,  kemudian kedua tabung reaksi tersebut diletakkan dalam gelas piala 600 ml yang berisi air yang disesuaikan  dengan suhu pengamatan, sampai masing-masing tabung 1 dan tabung 2 suhunya sama sesuai dengan suhu pengamatan yaitu 20oC, 25oC, 30oC, 35oC, dan 40oC (untuk suhu pengamatan 20o­C dan 25oC dilakukan dengan bantuan es batu). Pada praktikum ini didapatkan harga energi aktivasi sebesar 2.311292 J/mol dan nilai ln A yaitu -4.7397 sehingga diperoleh nilai ln A sebesar - 4.7397 dan nilai A sebesar 8.7413 x 10-3. Dan juga hasil praktikum menunjukkan bahwa temperatur atau suhu berpengaruh pada laju reaksi yaitu semakin tinggi suhu semakin cepat laju reaksi.. Hal ini dibuktikan dengan dihasilkannya harga k yang lebih besar pada suhu yang lebih tinggi dan diperolehnya kurva yang linear.

Keywords: Energi aktivasi; persamaan Arrhenius; Laju reaksi

1.             PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari dapat diketahui bahwa perubahan-perubahan termasuk perubahan kimia berlangsung dengan kecepatan yang berbeda-beda.Waktu yang diperlukan untuk mencapai suatu perubahan dipengaruhi oleh kecepatan yang berbeda apabila kondisinya berbeda.
Percobaan yang dilakukan dalam laboraturium kimia fisik ini adalah percobaan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap laju reaksi. Menurut buku literature, semakin tinggi suhu dalam suatu reaksi semakin cepat pula laju reaksi.
Dalam kinetika, suatu reaksi berlangsung melalui beberapa tahap. Diawali dengan tumbukan antar partikel reaktan. Setelah reaktan bertumbukan, maka akan terjadi penyusunan ulang ikatan dalam senyawa reaktan menjadi susunan ikatan yang berbeda ( membentuk senyawa produk ). (Vogel : 1994)

A  +  B         ——>         AB*          ——>       C  +  D
reaktan                        keadaan transisi produk

Percobaan ini tidak hanya mengetahui pengaruh suhu terhadap k tetapi juga untuk menentukan energi aktivasi (Ea) yang dibutuhkan untuk reaksi dengan persamaan Arrhenius.
1.2 Dasar Teori
Menurut teori tumbukan,molekul A dan B akan bereaksi menjadi C apabila kedua molekul tersebut bertumbukan secara intensif. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi yaitu :
1.    Luas permukaan
2.    Konsentrasi
3.    Temperatur
4.    Katalis
Konsentrasi sangat berpengaruhi terhadap jumlah tumbukan – tumbukan yang terjadi semakin besar konsentrasi A maupun B maka makin sering terjadi tumbukan diantara keduannya,sehingga makin besar pula kemungkinan terbentuknya C. Demikian pula dengan luas permukaan,semakin besar luas permukaan akan memperluas bidang tumbukan sehingga waktu yang diperlukan untuk membentuk C pun semakin sedikit. Katalis adalah suatu zat kimia yang ditambahkan pada reaktan dengan tujuan untuk menurunkan energi aktivasi sehingga reaksi dapat berlangsung lebih cepat (spontan). Besar kecilnya temperatur yang diberikan pada saat saat reaksi akan mempengaruhi gerakan. Gerakan partikel yang semakin cepat akan mempercepat terjadinya tumbukan yang intensif sehingga reaksi dapat berjalan lebih cepat.
Terdapat istilah energi aktivasi. Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu reaksi kimia agar dapat berlangsung. Energi aktivasi memiliki simbol atau lambang Ea dengan E menotasikan energi dan a menotasikan aktivasi. Kata aktivasi memiliki makna bahwa suatu reaksi kimia membutuhkan tambahan energi untuk dapat berlangsung.
Beberapa faktor yang mempengaruhi energi aktivasi adalah sebagai berikut :
·      Suhu
Fraksi molekul-molekul mampu untuk bereaksi dua kali lipat dengan peningkatan suhu sebesar 10oC . hal ini menyebabkan laju reaksi berlipat ganda.
·      Faktor frekuensi
Dalam persamaan ini kurang lebih konstan untuk perubahan suhu yang kecil. Perlu dilihat bagaimana perubahan energi dari fraksi molekul sama atau lebih dari energi aktivasi
·      Katalis
Katalis akan menyediakan rute agar reaksi berlangsung dengan energi aktivasi yang lebih rendah.
(Castellan : 1982)
Dalam kinetika, suatu reaksi berlangsung melalui beberapa tahap. Diawali dengan tumbukan antar partikel reaktan. Setelah reaktan bertumbukan, maka dalam terjadi penyusunan ulang ikatan dalam senyawa menjadi susunan ikatan yang berbeda.
Dalam penyusunan ini, akan ada pemutusan ikatan dan pembentukan ikatan yang baru, yang membutuhkan sejumlah energi. Ketika beberapa ikatan reaktan putus dan beberapa ikatan baru terbentuk, tercapailah suatu keadaan dimana dalam sistem terdapat sejumlah reaktan dan produk. Keadaan ini kita sebut sebagai transisi kompleks.
Dalam keadaan transisi kompleks, memiliki campuran antara produk dan reaktan yang cenderung kurang stabil, karena produk yang terbentuk dapat membentuk reaktan kembali. Keadaan ini memiliki energi yang cukup tinggi, karena sistem tidak stabil.
Pada tahun 1889 Arrhenius mengusulkan sebuah persamaan empirik yang menggambarkan pengaruh suhu terhadap konstanta laju reaksi. Persamaan yang diusulkan adalah :

Keterangan :          K    = konstanta laju reaksi
                              A   = faktor freakuensi
                              Ea  = energi aktivasi
Persamaan tersebut dalam bentuk logaritma dapat ditulis :
Persamaan tersebut analog dengan persamaaan garis lurus, yang sering disimbolkan dengan y = mx +c, maka hubungan antara energi aktivasi suhu dan laju reaksi dapat dianalisis dalam bentuk grafik ln k vs 1/T dengan gradien –(Ea/RT) dan intersep ln A.
Jika suatu reaksi memiliki reaktan dengan konsentrasi awal adalah a, dan pada konsentrasi pada waktu t adalah a-x, maka dapat ditulis dalam persamaan
1.3 Rumusan Masalah
a.    Bagaimana pengaruh suhu terhadap laju reaksi?
b.    Bagaimana cara menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan Arrhenius?
1.4 Tujuan Praktikum
a.       Mempelajari pengaruh suhu terhadap laju reaksi
b.      Menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan Arrhenius

2.             METODE
2.1 Alat
a.    Rak tabung reaksi (terbuat dari kayu, berbentuk seperti balok) 1 buah
b.    Tabung reaksi (ukuran 15 x 150mm, terbuat dari kaca borosilikat tahan panas) 4 buah
c.    Gelas piala 600 ml (Terbuat dari gelas (polipropilen) atau plastik yang tahan panas dan mempunyai volume 600 mL) 1 buah
d.   Ball Pipet (terbuat dari karet untuk mengoperasikan pipet volume)
e.    Pipet volume 10 ml (berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung bawahnya meruncing)
f.     Penangas air (alat yang berguna untuk memanaskan air dengan suhu yang diinginkan dan konstan)
g.    Termometer (alat untuk mengukur suhu terbuat dari kaca)
h.    Stopwatch (jam tangan)
2.2 Bahan        
Bahan
Spesifikasi
Perusahaan Pembuat
H2O2 0,04 M
Bahan kimia oksidator
PT Peroksida Indonesia Pratama
KI 0,1 M
garam putih
PT. Smart Lab Indonesia
Na2S2O3
satusebatian hablur yang jernih
PT. Smart Lab Indonesia
Amilum
karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
PT. GP Farmasi
Es Batu
air yang membeku, berbentuk Kristal
kantin

2.3 Cara Kerja
a.       Menyiapkan sistem sesuai yang tertera di bawah ini :
-          Tabung 1 berisi 5 ml H2O2 dan 5 ml air
-          Tabung 2 berisi 10 ml KI, 1 ml Na2S2O3 dan 1 ml amilum
b.      Kedua tabung reaksi diletakkan dalam gelas piala 600 ml yang berisi air sesuai dengan suhu pengamatan, sampai masing-masing tabung 1 dan tabung 2 suhunya sama sesuai dengan suhu pengamatan, untuk suhu pengamatan 0o-20oC dilakukan dengan bantuan es.
c.       Setelah suhu kedua tabung sama, mencampur kedua larutan sambil mencatat waktu hingga terbentuk warna biru untuk pertama kali dan mencatat suhunya.

2.4 Variabel Pengamatan
·         Variabel bebas : suhu
·         Variabel terikat : waktu reaksi
          2.5 Cara Analis Data
Mgrek H2O2                            = M.V.val (mgrek)
Mgrek KI                                = M.V.val (mgrek)
Mgrek Na2S2O3                      = M.V.val (mgrek)    à pereaksi pembatas
Mgrek H2O2 yang bereaksi      = mgrek tio
[H2O2]awal                              
[H2O2]bereaksi                          = d [M]

·         Menghitung k
·         Menghitung ln K
·         Menghitung 1/T
3.             HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis Data
Setelah praktikan melakukan percobaan diperoleh waktu reaksi saat mulai pencampuran sampai saat pertama kali larutan berubah warna menjadi biru. Data tersebut dapat dilihat dalam table berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan dalam Proses Praktikum

No
Suhu Awal (ºC)
Suhu Akhir Campuran (ºC)
Rata-rata Suhu (ºC)
Waktu Reaksi (detik)
Tabung 1
Tabung 2
Campuran
1
40
40
40
39
38.5
16
2
35
35
35
34
34.5
20
3
30
30
30
28
29.0
24
4
25
25
25
26
25.5
33
5
20
20
20
23
21.5
50

Mgrek H2O2                                = M.V.val = 0,04 x 5 x 2 = 0,4 mgrek
Mgrek KI                                    = M.V.val = 0,1 x 10 x 1 = 1 mgrek
Mgrek Na2S2O3                          = M.V.val = 0,001 x 1 x 1 = 0,001 mgrek
Mgrek H2O2 yang bereaksi          = mgrek tio

·                Menghitung k dan ln k



No
Waktu (detik)
K
ln K
1
16
0,00625
-5,07517
2
20
0,005
-5,29832
3
24
0,00417
-5,48064
4
33
0,00303
-5,79909
5
50
0,002
-6,21461






·                Menghitung 1/T


Tabel 2. Sumbu X (1/T) dan Sumbu Y (ln K)
No.
Rata-rata suhu (oC)
1/T
(sumbu x)
waktu (detik)
K
Ln K
(sumbu y)
1.
38.5
0.025974
16
0.00625
-5.075173815
2.
34.5
0.028986
20
0.005
-5.298317367
3.
29.0
0.034483
24
0.004166667
-5.480638923
4.
25.5
0.039216
33
0.003030303
-5.799092654
5.
21.5
0.046512
50
0.002
-6.214608098

Melalui proses perhitungan (analisa data pada lampiran) dapat digambarkan grafik ln k vs 1/T sebagai berikut:


Gambar 1. Grafik Ln K vs T

3.2 Pembahasan
Energi aktivasi dapat ditentukan dengan mengolah data dari grafik hubungan 1/T dan ln k berdasar persamaan Arrhenius yang didapat dari dasar teori. Maka praktikan dapat melakukan percobaan berulang dengan mengukur ln k reaksi dari temperatur yang bervariasi untuk memperoleh data yang akan diolah dalam persamaan tersebut.
Reaksi yang diukur adalah reaksi hidrogen peroksida dengan ion iodida. Dalam hal ini, hidrogen peroksida (H2O2) dicampurkan bersamaan dengan iodide, ion tiosulfat dan amilum.
Ion iodide dan hidrogen peroksida akan bereaksi membentuk gas I2,gas tersebut akan bereaksi kembali dengan ion tiosulfat membentuk kembali ion iodide. Namun, dalam reaksi ini, tidak akan ada yodium yang dibebaskan sampai semua ion tiosulfat habis bereaksi. Dengan tambahan amilum, ion iodide yang terbentuk kembali akan bereaksi dengan amilum dan menghasilkan warna biru pada larutan. Amilum yang digunakan haruslah amilum yang baru dibuat, karena amilum yang telah lama dibuat memiliki kemungkinan perubahan struktur karena pengaruh luar.
Perubahan warna yang terjadi akan semakin cepat apabila reaksi berlangsung pada temperatur yang lebih tinggi. Pada temperatur yang lebih tinggi, ion-ion pereaksi akan memiliki energi kinetik yang lebih besar. Berdasarkan teori tumbukan, energi kinetik yang lebih besar akan membuat tumbukan antar partikel akan menjadi lebih sering, sehingga reaksi akan lebih cepat berlangsung.
Disini terlihat adanya penambahan energi kinetik partikel yang dilakukan dengan menaikkan temperatur reaksi, inilah energi yang diberikan dari luar sistem untuk mencapai kondisi transisi seperti yang dijelaskan teori. Energi tersebut akan diukur besarnya ( energi aktivasi ).
Dari hasil pengamatan,dapat diketahui pada suhu yang semakin tinggi warna biru semakin cepat terlihat daripada suhu yang lebih rendah.Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi suhunya maka reaksi berjalan semakin cepat.Grafik yang dibentuk berupa garis yang berbanding lurus sehingga membentuk garis linier.Pada percobaan ini dilakukan untuk menunjukkan ketergantungan laju reaksi terhadap temperatur,percobaan ini juga dilakukan unutk menentukan energy aktivasi (Ea) yang dibutuhkan untuk reaksi persamaan Arrhenius. Dan hasil percobaan diperoleh nilai Ea sebesar 2.311292 J/mol dan nilai ln A yaitu - 4.7397.
Reaksi yang terjadi pada percobaan adalah sebagai berikut:

4.             SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
1.        .Semakin tinggi temperatur, laju reaksi semakin tinggi
2.        Berdasarkan data percobaan, diperoleh grafik yang linier sehingga percobaan yang kami lakukan sesuai dengan persamaan Arrhenius.
3.        Energi aktivasi dari percobaan ini adalah 4,506188 J/mol dan nilai ln A yaitu - 4.7397, nilai A = A = 8.7413 x 10-3
4.     Temperatur berpengaruh pada laju reaksi, jika suhu semakin tinggi maka laju reaksi akan semakin cepat. Hal ini dibuktikan dengan dihasilkannya harga k yang lebih besar pada suhu yang lebih tinggi.
4.2  Saran
1.         Larutan yang akan digunakan percobaan sebaiknya adalah yang baru dibuat (masih fresh)
2.         Amilum  yang digunakan sebaiknya yang dibuat tidak lama sebelum praktikum
3.         Praktikan memahami materi terlebih dahulu
4.             DAFTRA PUSTAKA
Atkins PW. 1999. Kimia Fisika. “Ed ke-2 Kartahadiprodjo Irma I, penerjemah;Indarto Purnomo Wahyu, editor. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari : Physichal Chemistry.
Castellan GW. 1982. Physichal Chemistry. Third Edition. New York : General
Graphic Services.
Pettruci.Ralph.H.1987.Kimia Dasar Jilid 2.Bogor : Gelora Aksara Pratama
Tim Dosen Kimia Fisik. 2012. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang :
Jurusan Kimia FMIPA UNNES
Vogel. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Tim Dosen Kimia Fisik. 2011. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang : Jurusan Kimia FMIPA UNNES.

                                                                  Semarang, 26 September  2013


LAMPIRAN TUGAS
1.      Alasan yang mungkin menyebabkan terjadinya penyimpangan apabila suhu diatas 40oC adalah jika suhunya lebih dari 40oC maka larutan akan rusak sebagian atau keseluruhan,sehingga ion iodide yang terbentuk dari perubahan yodium tidak dapat terdeteksi dengan baik.
2.      Iya, karena semakin tinggi temperature,laju reaksi semakin cepat sehingga energy aktivasi semakin mudah tercapai.Dari persamaan Arrhenius dimana ln K = Ea/RT + ln A diketahui hubungan energi aktivasi dan temperature.
3.      Kurva selalu linier pada temperatur 0-40oC, hal ini karena persamaan empiric pengaruh temperatur terhadap konstanta laju reaksi.