Tentang Penulis
Sasih
Martyani lahir di Karang Kulon, kampung kecil di lereng Gunung Sumbing pinggir
kota Magelang tanggal 03 Maret tahun 1993. Lulus dari sebuah SMA negeri di kota
Magelang, gadis desa ini mencoba peruntungannya dalam mencapai cita-cita dengan
mengenyam bangku kuliah di Universitas Negeri Semarang hingga saat ini yang tengah
menginjak semester tiga. Ia belum berpengalaman dalam bidang penulisan cerpen,
namun ia gemar menulis syair, terutama syair percintaan. Dan kegemarannya
tersebut ia kembangkan hingga terciptanya cerpen ini.
Twitter
: @sasyhza
Facebook
: Martyani Sasih
Blog : sasyhza.blogspot.com
Email
: sashi_3393@yahoo.com
Contact
Person : 085743107044
Si
Hijau Untuk Mas Oky
Dikau
yang ku sayang
Entah
dimanapun kau berada sekarang
Walau
jutaan rintangan menghadang
Aku
akan selalu datang
Nyanyikan
syair buatmu melayang
Gerakkan
hatimu untuk terbang
Gairahkan
cintamu memelukku tenang
Ajarimu
nikmati langit berbintang
Oleskan
rindu hingga buatmu terang..
Kau..
yang tak pernah bosan aku pandang
Yakinlah
rasa ini takkan hilang
Baik
kini maupun dimasa yang akan datang
Atau
mungkin saat hatiku terserang
Gangguan
apapun takkan pernah menang
Usaikan
cintaku yang terus berkembang
Sayangku..
selamanya untuk.muu abang..
Aku..
bersama rasa yang tak pernah lekang
Perhatikan
hatimu yang tengah lengang
Raih
pandanganmu agar tak terhalang
Isi
harimu agar tak rumpang
Abadikan
senyummu yang seindah mutiara kerang
Nantikan
rasamu yang tak mudah terangsang
Damaikanku
dengan imanmu yang sekuat karang
Anganku
merasuk tulang
Nantikan
kau seperti yang kurancang
Untuk
itu.. selalu kunanti cintamu yang tak kunjung tayang..
Jumat,
19 Agustus 2007 -- Dewangga Oky Bagus Apriandanu, nama yang panjang bahkan
terlalu sulit untuk aku sebutkan. Namun selalu membayangi setiap detikku. Aku
tak mengenalmu, namun aku mencintaimu. Bahkan aku pun tak tahu mengapa aku
begitu yakin bahwa aku telah jatuh cinta padamu. Aku hanya dapat mengagumimu.
Melihatmu tersenyum dari kejauhan. Menikmati setiap ekspresi wajahmu. Aku
selalu menunggu setiap kata yang keluar dari bibirmu. Walau aku tahu rangkaian
kata itu terucap bukan untukku. Yah.. nama itu yang selalu terngiang di otakku
sejak hari kedua ospekku siang tadi.
***
Rabu,
27 Sepember 2007 -- Ternyata kamu adalah kakak angkatan tiga tahun diatasku. Sejak
pertama kali bertemu, aku selalu ingin ada dimanapun kamu berada. Aku ingin
selalu terlihat olehmu. Aku ingin melihatmu sebelum aku tak bisa melakukannya
lagi. Hingga aku mempunyai keinginan yang kuutarakan didepan sahabat-sahabatku.
Aku ingin kamu tahu namaku dan aku ingin berfoto denganmu saat kamu wisuda
kelak. Sederhana namun sulit untuk merealisasikannya. Bagaimana mungkin dapat
terwujud ? Kalau mengenalmu pun aku tidak. Namun didalam hati ini selalu
tersisa keyakinan bahwa semua itu dapat terwujud nantinya.
***
Sabtu,
05 Oktober 2007 -- Dia tahu namaku ! Bayangkan betapa bahagianya aku. Seseorang
yang sangat kukagumi tiba-tiba memanggil namaku. Aku tak salah dengar.. kamu
memang memanggil namaku. Hari ini adalah hari terbahagiaku. Seharian ini aku
selalu mengembangkan senyumku dimanapun aku berada. Rasa-rasanya aku tak ingin
hari ini berakhir. Aku tak ingin hari ini berlalu dengan cepat. Aku tak ingin
menyadari bahwa belum tentu besok aku akan sebahagia ini.
***
Senin,
13 November 2007 -- Besok aku Ujian Tengah Semester untuk mata kuliah Kimia
Dasar. Tak seperti mata kuliah lain, aku benar-benar tak pandai dalam mata
kuliah ini. Bukan karena kemampuan otakku yang dibawah standar, namun memang
aku tak berminat untuk mendalami bidang ini. Bagai pangeran berkuda putih, Mas
Oky bersedia menjadi tentor setelah salah satu temanku memintanya. Betapa
bahagianya aku. Kamu benar-benar menjadi pahlawanku. Dan bodohnya, aku sama
sekali tak mampu bicara didepanmu. Spechless ! Tak tau karena aku terlalu sibuk
meredam kencangnya detak jantungku atau memang karena aku tak dapat mengimbangi
omonganmu yang sedikitpun aku tak paham. Aku hanya terdiam melongo sambil
menikmati sensasi berada sangat dekat denganmu.
***
Minggu,
03 Desember 2007 -- Aku benar-benar jatuh cinta padamu. Aku takut. Aku takut terjatuh
terlalu dalam dihatimu. Aku takut tak bisa berdiri lagi. Tuhan.. jagalah hatiku
!
***
Kamis,
11 Januari 2008 -- Hey kamu.. Sudah hampir satu bulan ini kita tak bertemu. Aku
merindukanmu ! Lelaki yang selalu mengalihkan duniaku. Yang setiap malam selalu
kuajak bercanda dan menikmati indahnya gemerlap bintang, walau dalam angan.
Kamu yang mampu membuatku terpesona hingga bibir ini terkatup rapat. Kamu yang
mampu menjadi lilin yang menerangi hatiku. Bukan lilin yang apinya dapat padam
dan membara kapanpun ia mau. Namun lilin yang kan selalu menyala. Lilin yang menghangatkan
hati ini dengan cara sederhana. Lilin yang terbuat dari ketulusan dan keyakinan
hingga tak ada satupun yang mampu menghancurkan.
***
Selasa,
23 Februari 2008 – Libur semester pertama. Aku hanya dapat memantau kegiatanmu dari
facebook dan twitter. Aku merindukanmu. Hey pangeranku.. Tahukah kamu? Aku suka
bersembunyi dalam kegelapan, agar bisa lebih lama menatapmu tanpa ada yang
mengetahui. Aku benci ketika sadar bahwa dalam terang pun aku tak bisa
mendekatimu. Aku terlalu takut. Aku terlalu malu untuk memulai semuanya. Aku
hanya bisa diam dan terus memendam rasa ini.
***
Jumat,
21 Maret 2008 -- Kamu tahu istilah pemuja rahasia? Orang yang memuja secara
diam-diam. Seperti aku yang mencintaimu secara diam-diam. Bukan karena tak mau mengakui
semuanya. Tapi aku malu. Malu terhadap ‘nyanyian’ orang-orang di sekitar kita.
Kamu dan aku ibarat langit dengan bumi. Jarak kita terentang jauh. Bahkan
terlalu jauh. Apalagi setelang kau terpilih sebagai putra kampus dan aku hanya
seorang mahasiswi biasa yang terlalu banyak berkhayal.
***
Kamis,
14 April 2008 -- Sudah tidak ada lagi kata yang mampu mewakili semua perasaanku
padamu. Cintaku terlalu menggebu. Bahkan saat mata ini telah lelah tuk menatap.
Saat otak ini telah letih tuk berpikir. Saat hati ini telah tak kuat tuk
merasa. Saat memori ini telah tak mampu tuk menyimpan. Kamu masih melekat erat
di tiap detik hidupku. Kagumku padamu sudah tak terlukiskan. Butuh cat beribu
warna untuk menggambarkannya.
***
Senin,
01 Mei 2008 -- Sudah hampir satu tahun aku mengenalmu. Sedikit banyak aku tau
tentangmu. Dan sebentar lagi kamu akan lulus lalu melanjutkan cita-citamu.
Ingin rasanya aku mencegahmu untuk pergi. Tuhan.. jaga ia dimanapun ia berada.
***
Rabu,
06 Juli 2008 -- Lagi-lagi libur. Libur semester membuatku tak dapat bertemu
denganmu. Kangen. Rindu. Aku benar-benar rindu senyum manismu. Aku rindu
pandangan dari senyum itu. Aku rindu semua tentangmu. Semoga ini segera
berakhir.
***
Kuulang
kembali membaca Si Hijau, diary bergambar keropi dengan latar padang rumput
hijau yang tak sengaja kutemukan ditumpukan buku semasa kuliah dulu. Sudah
tujuh hari ini ia tergeletak rapi di atas meja kerjaku. Diary yang menjadi
saksi penantianku terhadap cinta Mas Oky. Lelaki yang sangat aku cinta hingga
kini.
Empat
tahun telah berlalu, namun cintaku tak pernah berkarat sedetikpun. Hari-hari
kulalui dengan berkhayal dalam harapan jadi kekasihnya. Tanpa pernah aku
merasakan jenuh, walau ditiap detiknya cinta menyesakkan nafasku. Aku ingat
betul bahwa juli adalah bulan terakhir aku menceritakan semua perasaanku pada
Si Hijau. Tak kusangka, doaku agar semua ini berakhir benar-benar membuatku
berhenti menulis pada buku ini, yang menandakan berakhir pula kisah
penantianku. Berhentinya aku bukan tanpa sebab. Semua itu aku lakukan karena
aku tak mampu menulis apapun lagi tentangnya.
Hari
itu adalah ulang tahunku ke-19. Semua teman dan sahabat-sahabatku memberi
selamat. Namun dengan cemas aku menanti seseorang. Ya ! Aku menantinya. Lama
kunanti, ia tak kunjung datang. Dengan lesu aku mencoba berdiri dan berjalan
kembali ke kos. Tiba-tiba disalah satu sudut kampus aku melihatnya untuk
pertama kalinya setelah libur semester yang menyebalkan kemarin, yang membuatku
tak dapat bertemu dengannya. Aku berhasil memproduksi senyum tipis anggun saat
ia berjalan mendekatiku. Tiba-tiba seorang wanita cantik dewasa memanggil dan
menghampirinya. Semakin dekat hingga aku dapat mendengar apa yang mereka bicarakan.
Aku dengar wanita itu memanggilnya dengan sebutan sayang, begitupun dengannya.
Betapa hancurnya hatiku. Pemandangan itu berhasil memecah konsentrasiku. Dan
senyumku pun layu sebelum berhasil aku tembakkan dengan sempurna. Punah tanpa
guna. Hening. Hening yang menikam. Air mataku melimbak-limbak, membentuk sungai
kecil yang seakan-akan tak mau putus dan tak mau kering. Hari itu berakhir
tragis.
Sejak
kejadian itu aku tak ingin bercerita lagi dengan Si Hijau. Aku tak mampu
menyembunyikan perasaanku bahwa aku hancur. Hatiku hancur, entah bagaimana
bentuknya. Dan aku tak mempunyai cukup semangat untuk menjalani kehidupan ini.
Ditambah lagi kudengar ia akan menikah, tentunya dengan wanita cantik itu.
Bagaimana bisa aku merebutnya dari wanita itu. Membayangkan untuk bersaing
dengannya pun aku tak mampu. Sudah jelas aku kalah telak apapun yang akan aku
lakukan.
Lambat
laun aku mulai meninggalkan kisah itu. Aku berjanji takkan mengungkitnya. Dan
Si Hijau pun aku selipkan dalam kardus dengan harapan takkan menemukannya lagi.
Hari-hariku selama hampir tiga tahun dibangku kuliah aku habiskan untuk
merangkai kenangan indah bersama sahabat-sahabatku. Sahabat-sahabat yang sangat
mengerti aku.
***Selesai***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar