Kutipan


Janganlah tampak pada lahirmu akan isi hatimu ^^

Minggu, 07 Juli 2013

Si Hijau Untuk Mas Oky



Tentang Penulis
Sasih Martyani lahir di Karang Kulon, kampung kecil di lereng Gunung Sumbing pinggir kota Magelang tanggal 03 Maret tahun 1993. Lulus dari sebuah SMA negeri di kota Magelang, gadis desa ini mencoba peruntungannya dalam mencapai cita-cita dengan mengenyam bangku kuliah di Universitas Negeri Semarang hingga saat ini yang tengah menginjak semester tiga. Ia belum berpengalaman dalam bidang penulisan cerpen, namun ia gemar menulis syair, terutama syair percintaan. Dan kegemarannya tersebut ia kembangkan hingga terciptanya cerpen ini.

Twitter : @sasyhza
Facebook : Martyani Sasih
Blog : sasyhza.blogspot.com
Contact Person : 085743107044


Si Hijau Untuk Mas Oky
Dikau yang ku sayang
Entah dimanapun kau berada sekarang
Walau jutaan rintangan menghadang
Aku akan selalu datang
Nyanyikan syair buatmu melayang
Gerakkan hatimu untuk terbang
Gairahkan cintamu memelukku tenang
Ajarimu nikmati langit berbintang
Oleskan rindu hingga buatmu terang..
Kau.. yang tak pernah bosan aku pandang
Yakinlah rasa ini takkan hilang
Baik kini maupun dimasa yang akan datang
Atau mungkin saat hatiku terserang
Gangguan apapun takkan pernah menang
Usaikan cintaku yang terus berkembang
Sayangku.. selamanya untuk.muu  abang..
Aku.. bersama rasa yang tak pernah lekang
Perhatikan hatimu yang tengah lengang
Raih pandanganmu agar tak terhalang
Isi harimu agar tak rumpang
Abadikan senyummu yang seindah mutiara kerang
Nantikan rasamu yang tak mudah terangsang
Damaikanku dengan imanmu yang sekuat karang
Anganku merasuk tulang
Nantikan kau seperti yang kurancang
Untuk itu.. selalu kunanti cintamu yang tak kunjung tayang..

Jumat, 19 Agustus 2007 -- Dewangga Oky Bagus Apriandanu, nama yang panjang bahkan terlalu sulit untuk aku sebutkan. Namun selalu membayangi setiap detikku. Aku tak mengenalmu, namun aku mencintaimu. Bahkan aku pun tak tahu mengapa aku begitu yakin bahwa aku telah jatuh cinta padamu. Aku hanya dapat mengagumimu. Melihatmu tersenyum dari kejauhan. Menikmati setiap ekspresi wajahmu. Aku selalu menunggu setiap kata yang keluar dari bibirmu. Walau aku tahu rangkaian kata itu terucap bukan untukku. Yah.. nama itu yang selalu terngiang di otakku sejak hari kedua ospekku siang tadi.
***
Rabu, 27 Sepember 2007 -- Ternyata kamu adalah kakak angkatan tiga tahun diatasku. Sejak pertama kali bertemu, aku selalu ingin ada dimanapun kamu berada. Aku ingin selalu terlihat olehmu. Aku ingin melihatmu sebelum aku tak bisa melakukannya lagi. Hingga aku mempunyai keinginan yang kuutarakan didepan sahabat-sahabatku. Aku ingin kamu tahu namaku dan aku ingin berfoto denganmu saat kamu wisuda kelak. Sederhana namun sulit untuk merealisasikannya. Bagaimana mungkin dapat terwujud ? Kalau mengenalmu pun aku tidak. Namun didalam hati ini selalu tersisa keyakinan bahwa semua itu dapat terwujud nantinya.
***
Sabtu, 05 Oktober 2007 -- Dia tahu namaku ! Bayangkan betapa bahagianya aku. Seseorang yang sangat kukagumi tiba-tiba memanggil namaku. Aku tak salah dengar.. kamu memang memanggil namaku. Hari ini adalah hari terbahagiaku. Seharian ini aku selalu mengembangkan senyumku dimanapun aku berada. Rasa-rasanya aku tak ingin hari ini berakhir. Aku tak ingin hari ini berlalu dengan cepat. Aku tak ingin menyadari bahwa belum tentu besok aku akan sebahagia ini.
***
Senin, 13 November 2007 -- Besok aku Ujian Tengah Semester untuk mata kuliah Kimia Dasar. Tak seperti mata kuliah lain, aku benar-benar tak pandai dalam mata kuliah ini. Bukan karena kemampuan otakku yang dibawah standar, namun memang aku tak berminat untuk mendalami bidang ini. Bagai pangeran berkuda putih, Mas Oky bersedia menjadi tentor setelah salah satu temanku memintanya. Betapa bahagianya aku. Kamu benar-benar menjadi pahlawanku. Dan bodohnya, aku sama sekali tak mampu bicara didepanmu. Spechless ! Tak tau karena aku terlalu sibuk meredam kencangnya detak jantungku atau memang karena aku tak dapat mengimbangi omonganmu yang sedikitpun aku tak paham. Aku hanya terdiam melongo sambil menikmati sensasi berada sangat dekat denganmu.
***
Minggu, 03 Desember 2007 -- Aku benar-benar jatuh cinta padamu. Aku takut. Aku takut terjatuh terlalu dalam dihatimu. Aku takut tak bisa berdiri lagi. Tuhan.. jagalah hatiku !
***
Kamis, 11 Januari 2008 -- Hey kamu.. Sudah hampir satu bulan ini kita tak bertemu. Aku merindukanmu ! Lelaki yang selalu mengalihkan duniaku. Yang setiap malam selalu kuajak bercanda dan menikmati indahnya gemerlap bintang, walau dalam angan. Kamu yang mampu membuatku terpesona hingga bibir ini terkatup rapat. Kamu yang mampu menjadi lilin yang menerangi hatiku. Bukan lilin yang apinya dapat padam dan membara kapanpun ia mau. Namun lilin yang kan selalu menyala. Lilin yang menghangatkan hati ini dengan cara sederhana. Lilin yang terbuat dari ketulusan dan keyakinan hingga tak ada satupun yang mampu menghancurkan.
***
Selasa, 23 Februari 2008 – Libur semester pertama. Aku hanya dapat memantau kegiatanmu dari facebook dan twitter. Aku merindukanmu. Hey pangeranku.. Tahukah kamu? Aku suka bersembunyi dalam kegelapan, agar bisa lebih lama menatapmu tanpa ada yang mengetahui. Aku benci ketika sadar bahwa dalam terang pun aku tak bisa mendekatimu. Aku terlalu takut. Aku terlalu malu untuk memulai semuanya. Aku hanya bisa diam dan terus memendam rasa ini.
***
Jumat, 21 Maret 2008 -- Kamu tahu istilah pemuja rahasia? Orang yang memuja secara diam-diam. Seperti aku yang mencintaimu secara diam-diam. Bukan karena tak mau mengakui semuanya. Tapi aku malu. Malu terhadap ‘nyanyian’ orang-orang di sekitar kita. Kamu dan aku ibarat langit dengan bumi. Jarak kita terentang jauh. Bahkan terlalu jauh. Apalagi setelang kau terpilih sebagai putra kampus dan aku hanya seorang mahasiswi biasa yang terlalu banyak berkhayal.
***
Kamis, 14 April 2008 -- Sudah tidak ada lagi kata yang mampu mewakili semua perasaanku padamu. Cintaku terlalu menggebu. Bahkan saat mata ini telah lelah tuk menatap. Saat otak ini telah letih tuk berpikir. Saat hati ini telah tak kuat tuk merasa. Saat memori ini telah tak mampu tuk menyimpan. Kamu masih melekat erat di tiap detik hidupku. Kagumku padamu sudah tak terlukiskan. Butuh cat beribu warna untuk menggambarkannya.
***
Senin, 01 Mei 2008 -- Sudah hampir satu tahun aku mengenalmu. Sedikit banyak aku tau tentangmu. Dan sebentar lagi kamu akan lulus lalu melanjutkan cita-citamu. Ingin rasanya aku mencegahmu untuk pergi. Tuhan.. jaga ia dimanapun ia berada.
***
Rabu, 06 Juli 2008 -- Lagi-lagi libur. Libur semester membuatku tak dapat bertemu denganmu. Kangen. Rindu. Aku benar-benar rindu senyum manismu. Aku rindu pandangan dari senyum itu. Aku rindu semua tentangmu. Semoga ini segera berakhir.
***
Kuulang kembali membaca Si Hijau, diary bergambar keropi dengan latar padang rumput hijau yang tak sengaja kutemukan ditumpukan buku semasa kuliah dulu. Sudah tujuh hari ini ia tergeletak rapi di atas meja kerjaku. Diary yang menjadi saksi penantianku terhadap cinta Mas Oky. Lelaki yang sangat aku cinta hingga kini.
Empat tahun telah berlalu, namun cintaku tak pernah berkarat sedetikpun. Hari-hari kulalui dengan berkhayal dalam harapan jadi kekasihnya. Tanpa pernah aku merasakan jenuh, walau ditiap detiknya cinta menyesakkan nafasku. Aku ingat betul bahwa juli adalah bulan terakhir aku menceritakan semua perasaanku pada Si Hijau. Tak kusangka, doaku agar semua ini berakhir benar-benar membuatku berhenti menulis pada buku ini, yang menandakan berakhir pula kisah penantianku. Berhentinya aku bukan tanpa sebab. Semua itu aku lakukan karena aku tak mampu menulis apapun lagi tentangnya.
Hari itu adalah ulang tahunku ke-19. Semua teman dan sahabat-sahabatku memberi selamat. Namun dengan cemas aku menanti seseorang. Ya ! Aku menantinya. Lama kunanti, ia tak kunjung datang. Dengan lesu aku mencoba berdiri dan berjalan kembali ke kos. Tiba-tiba disalah satu sudut kampus aku melihatnya untuk pertama kalinya setelah libur semester yang menyebalkan kemarin, yang membuatku tak dapat bertemu dengannya. Aku berhasil memproduksi senyum tipis anggun saat ia berjalan mendekatiku. Tiba-tiba seorang wanita cantik dewasa memanggil dan menghampirinya. Semakin dekat hingga aku dapat mendengar apa yang mereka bicarakan. Aku dengar wanita itu memanggilnya dengan sebutan sayang, begitupun dengannya. Betapa hancurnya hatiku. Pemandangan itu berhasil memecah konsentrasiku. Dan senyumku pun layu sebelum berhasil aku tembakkan dengan sempurna. Punah tanpa guna. Hening. Hening yang menikam. Air mataku melimbak-limbak, membentuk sungai kecil yang seakan-akan tak mau putus dan tak mau kering. Hari itu berakhir tragis.
Sejak kejadian itu aku tak ingin bercerita lagi dengan Si Hijau. Aku tak mampu menyembunyikan perasaanku bahwa aku hancur. Hatiku hancur, entah bagaimana bentuknya. Dan aku tak mempunyai cukup semangat untuk menjalani kehidupan ini. Ditambah lagi kudengar ia akan menikah, tentunya dengan wanita cantik itu. Bagaimana bisa aku merebutnya dari wanita itu. Membayangkan untuk bersaing dengannya pun aku tak mampu. Sudah jelas aku kalah telak apapun yang akan aku lakukan.
Lambat laun aku mulai meninggalkan kisah itu. Aku berjanji takkan mengungkitnya. Dan Si Hijau pun aku selipkan dalam kardus dengan harapan takkan menemukannya lagi. Hari-hariku selama hampir tiga tahun dibangku kuliah aku habiskan untuk merangkai kenangan indah bersama sahabat-sahabatku. Sahabat-sahabat yang sangat mengerti aku.


***Selesai***
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar